BAHASA
ALAY REMAJA DI LINGKUNGAN KAUMAN PUCANGSEWU PACITAN
Oleh : Citra Philosia Soeharto
Butir ketiga dalam Sumpah Pemuda berbunyi “Kami putra dan putri
Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Hal ini
menggambarkan betapa pentingnya bahasa bagi suatu bangsa. Alat komunikasi yang
paling efektif, mutlak dan diperlukan setiap bangsa adalah bahasa. Tanpa
bahasa, bangsa tidak akan mungkin dapat berkembang. Bahasa menunjukkan
identitas bangsa. Bahasa merupakan bagian kebudayaan dapat menunjukkan tinggi
rendahnya kebudayaan bangsa. Namun, kenyataannya bahasa Indonesia tidak lagi
sebagai bahasa persatuan, tetapi juga berkembang sebagai bahasa negara, bahasa
resmi, dan bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada saat ini, dalam lingkungan pergaulan telah dikenal dan berkembang
bahasa alay (anak lebay). Bahasa alay itu mencampur aduk antara tulisan, lisan,
dan gambar, sehingga semuanya menjadi kacau. Bahasa yang rusak itu justru
dianggap sebagai kreatifitas. Penutur bahasa dalam dunia maya memang kreatif,
tapi kalau rusak-rusakan tidak dapat dibilang kreatif. Kerusakan bahasa dan
mudahnya perubahan identitas itu melahirkan generasi yang berani bersikap dan
asosial atau individualis.
Sebenarnya penggunaan kata anak muda dirasa kurang pas, karena
penggunaan bahasa alay ini marak dipopulerkan oleh anak-anak ABG (anak baru
gede) seumuran SMP, maupun SMU. Bahasa ini sangat tidak lazim bagi orang-orang
sehat dan normal. Anak ABG selalu berhasil menciptakan sebuah image baru
mengenai dirinya walaupun hal tersebut banyak menabrak rambu-rambu yang telah
ada.
Keberadaan bahasa alay dianggap kaum muda
sebagai alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan,
bahasa ini dianggap sebagai media berekspresi. Namun, tanpa disadari, lama
kelamaan bahasa alay bisa mengancam eksistensi Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan karena semakin jauh berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan
benar.
Perkembangan bahasa alay juga menghinggap di
kalangan remaja di lingkungan Kauman Pucangsewu. Namun berbeda dengan bahasa
alay yang berkembang saat ini, bahasa alay di lingkungan Kauman Pucangsewu
didominasi oleh bahasa Jawa. Hal itu disebabkan karena lingkungan Kauman
Pucangsewu merupakan daerah di kota Pacitan, Jawa Timur. Bahasa Alay ala Kauman
Pucangsewu bisa jadi hanya dipahami oleh lingkungan setempat. Ada beberapa
bahasa Jawa yang tidak sesuai dengan artinya. Berikut ini daftar kata bahasa
Alay lingkungan Kauman Pucangsewu :
1.
Ngegi
: Berbohong
2.
Tek
Reti : Kok Tahu
3.
Nyero : Membuat orang tertawa
4.
Jeyetus : Tepat
Sasaran
5.
Ihu : Ungkapan untuk sesuatu yang menakjubkan
6.
Nyepapem : Tidak
beraktivitas
7.
Hayab : Bahaya
8.
Satru : Bermusuhan
9.
Glundungan : Dalam
keadaan tidak sehat
10.
Toidi : Idiot
11.
Semaput : Terpesona
kemolekan wanita
12.
Suyat : Gila
13.
Nyatem : Tidak
punya uang
14.
Geleng : Takjub
pada sesuatu
15.
Mbribik : Menarjet
sesuatu
16.
Mbutul : Hancur
17.
Lha
po Gomen : Menginginkan sesuatu
18.
Ngeleng : Di
rumah / di dalam
19.
Nyiripit : Mendahului
minuman orang lain
20.
Remok : Sakit
hati
21.
Mbulet : Tidak
jelas maksudnya
22.
Njebut : Tidak
punya rokok / makanan
23.
Kikuk : Ungkapan untuk rasa kekaguman
24.
Opo
jempol : Ungkapan untuk rasa marah
25.
Manthuk : Iya

Tidak ada komentar :
Posting Komentar